Senyuman Khas Ala Profesi

Tersenyumlah dan jangan pernah pedulikan apa pun profesimu
Tersenyumlah dan jangan pernah pedulikan apa pun profesimu

Bagian Knalpot:  Baru melek di tengah malam karena lelah dan cuaca yang mendukung untuk dinikmati dengan tidur. Setengah harian ini saya mencari kejelasan program yang saya ikut yaitu Google Adsense di Kantor Pos Indonesia. Mulai dari kantor tingkat kecamatan hingga kantor Pos pusat. Berawal dari pemberitahuan bahwa alamat yang saya gunakan dalam program Google Adsense tidak valid akhirnya saya niatkan Jumat (27/3) untuk mendatangi Kantor Pos guna menanyakan apakah ada kiriman surat untuk saya dari Google. Setelah bertanya di kantor Pos kecamatan Pyongyang Piyungan ternyata udah ga melayani hal berbau kirim-mengirim karena alasan jam kerja, sebagai referensinya saya disuruh datang ke Kantor Pos pusat yang berada di tengah pusat Kota Jogja. Karena di Kantor Pos Jogja bisa melayani hal seperti ini sampai dengan pukul 19:00. Ya sudah akhirnya tak ikutin juga anjuran bapak petugas Kantor Pos untuk datang ke Kantor Pos Jogja.

Keluar dari kantor Pos dan starter kijang besin sepada motor menuju Kantor Pos Jogja. Sambil melihat spedo meter untuk mengamankan bahan bakar dalam perjalanan, eh ternyata sudah mendekati titik krusial dan tragis. Ya ga papa, asal pelan yang penting sampai ke SPBU terdekat. Meluncur dulu deh ke SPBU untuk mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM). Bbrrrmm…cit… akhirnya sampai dan langsung menuju ke podium khusus BBM Non Subsidi alias Pertamax. “Isi Rp.30.000,00 pak” kata saya kepada petugas SPBU yang kebetulan memang bapak-bapak yang melayani saya untuk mengisi BBM. Dengan sigap dan penuh kharismatik akhirnya bapak petugas mengisikan Pertamax ke tangki sepeda motor saya. Tangki sudah penuh tapi nominal uang dan nominal BBM tidak balance, petugas SPBU bilang “Rp.27.000,00 saja ya mas” saya sambut dengan satu pertanyaan “Iya pak. Harganya belum naik juga to pak?” balasnya “Belum mas” dengan senyuman khas ala petugas SPBU. Ya sudah kalau gitu, sekilas kejadian di SPBU tadi sore.

Lanjut lagi menuju Kantor Pos Indonesia di pusat Kota Jogja. Bbbrrrmm…cit. Sampai sudah di parkiran depan Kantor Pos dengan melewati beberapa petugas parkir. Standarkan motor lantas masuk berharap petugas parkir tidak melihat kehadiran saya di wilayah kekuasaannya. Mengendap-endap masuk ke Kantor Pos melalui pintu utama masuk Kantor dan langsung disambut baik oleh bapak petugas Kantor Pos. Kebetulan bapak-bapak lagi yang bertugas di Kantor Pos sore itu. Bapak petugas bertanya “keperluannya apa mas” sambil tersenyum khas ala petugas Kantor Pos. Tak jawab “Mau ini pak, ambil surat” sambil membalas senyuman bapak petugas. “Oh sini mas” menuju ke sebuah komputer sentuh ding-dong lalu menyentuh-nyentuh sebuah interface-nya lantas keluar sebuah kertas dengan nomor antrean. Waw… Saya yang ga pernah lihat pelayanan sistem komputer atau memang saya yang ga pernah datang ke Kantor Pos modern ala Kantor Pos Indonesia di Jogja. Ah entalah…

Sambil memberikan kertas nomor antrean kepada saya, bapak tersebut menyuruh saya untuk menuju loket nomor 11 lantas diakhir dengan senyuman. “Terima kasih pak” timpal saya kepada bapak petugas di Kantor Pos Indonesia. Jalan sampai loket nomor 11 tiba-tiba ada perempuan muncul di balik meja loket “buset, selain ada komputer sentuh ternyata ada juga loket ajaib yang bisa memunculkan teller di Kantor Pos Indonesia secara otomatis” batin saya. “Selamat sore mas, ada yang bisa saya bantu?” tanya perempuan di balik meja panjang bak tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur saat dipimpin oleh Hitler. “Iya mbak, saya mau tanya soal surat kiriman dari Google di Amerika, kebetulan saya ikutan program Google Adsense” jawab saya sambil mengikuti alur senyuman di balik sambutannya kepada saya. “Begini mas, kalau mengenai hal tersebut mas bisa menanyakannya kepada petugas Customer Service tapi mas maaf, untuk jam sekarang Customer Service kami tidak bisa melayani karena sudah bukan jam-nya lagi. Customer service dapat melayani mas hanya sampai pukul 14.00 WIB” sahutnya dengan senyuman khas ala teller Kantor Pos Indonesia. “Oh begitu ya mbak, ya sudah kalau begitu mbak. Terima kasih banyak” timpal saya dengan membalas setiap senyuman yang telah dilontarkan oleh mbak-nya selama kami berhadapan.

Keluar Kantor Pos Indonesia dengan berpikir untuk menyusun strategi agar bisa bangun pagi dan pergi ke Kantor Pos. Sampai ke kijang besi sepeda motor yang telah saya tinggalkan beberapa menit sambil mengamati keadaannya apakah ada sebuah kertas menempel di stang atau kepala sepeda motor. Alhamdulillah tidak ada. Hehe… Starter sepeda motor untuk kembali ke rumah dan tiba-tiba dari belakang ada yang berbicara “Parkirnya mas”. “Wah kok ya denger juga kalau sepeda motor saya hidup” batin saya sambil menoleh ke belakang. “Wah pak cuma sebentar saja kok, lagian saya juga tidak jadi ambil paket di dalam” bela saya. “Ya kan mas parkir, motornya ditinggal to?” tuduh bapak petugas parkir sambil tersenyum khas ala petugas parkir pada umumnya. “Ya sudah deh pak, Rp.2.000,00 saja ya pak?” balas saya sambil mengambil dompet yang ada di dalam tas. “Rp.1.000,00 mas” tawar tukang parkir. Kaget sambil menatap mata dari tukang parkir “Ya sudah pak, ini” sambil saya sodorkan uang senilai Rp.2.000,00 kepada tukang parkir lantas dengan cekatan beliau mengambil uang saya lalu ditukar dengan dua keping uang perak Rp.500,00 yang beliau keluarkan dari dalam saku baju sebelah kirinya.

Ternyata saya telah salah berprasangka tidak bersahabat dengan tukang parkir itu. Yang saya kira harga dari parkir selama 5 menit di depan Kantor Pos Indonesia  di Jogja adalah Rp.3.000,00 eh ternyata cuma Rp.1.000,-. Ya Allah, ampuni hamba karena telah berprasangka buruk kepada hambamu itu. Hal ini dapat menjadi masukkan sekaligus memupuk persepsi saya bahwa tidak selamanya tukang parkir itu ngeselin dan meminta jatah parkir sesuka hati. Dari ramainya daerah Wisata Nol KM Jogja tepatnya di parkiran depan Kantor Pos Indonesia bukan tidak sulit untuk mencari lembaran-lembaran rupiah dari para pesepeda motor yang parkir. Hal tersebut tidak menjadikan tukang parkir yang baik hati itu sewenang-wenang untuk menarik jatah parkir dari para pemotor yang memarkirkan motornya di wilayah kerjanya. Inilah salah satu cerita yang membuat saya tertarik untuk membuat sebuah tulisan di blog yang dikelola oleh STMIK Amikom Yogyakarta dengan judul Senyuman Khas Ala Profesi.